Badan Nasional Penanggulangan Bencana menyatakan, saat ini Pulau Jawa berstatus darurat kebakaran hutan dan lahan. Semua pihak diminta waspada terhadap tingginya kerawanan karhutla yang memasuki fase puncak pada September 2023 ini.

Dalam siaran melalui kanalYoutube Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada 11 September 2023, BNPB menyebutkan, Pulau Jawa dalam kondisi darurat kejadian kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di kawasan pegunungan. Kejadian karhutla ini tersebar hampir merata di seluruh Pulau Jawa.

Menurut data BNPB, hingga 10 September 2023, ada 126 kejadian karhutla di Jawa. Frekuensi kejadian ini mencakup hampir 44 persen dari kejadian karhutla sepanjang tahun ini di seluruh Indonesia yang mencapai 288 kejadian. Dengan kata lain, hampir separuh kejadian karhutla di Tanah Air hingga September 2023 terjadi di Pulau Jawa.

Tren kejadian bencana karhutla di Jawa pada tahun ini jauh meningkat dibandingkan tahun 2020-2022. Pada periode itu, tercatat hanya 40 kejadian karhutla setiap tahun. Intensitas karhutla tahun ini hampir mendekati situasi tahun 2018-2019.

Pada tahun 2018 tercatat ada 190 kasus karhutla dan pada tahun 2019 ada 346 bencana karhutla. Pada periode tahun ini yang berjalan sembilan bulan, sudah tercatat 126 kejadian karhutla. Kemungkinan besar jumlah itu akan bertambah lagi hingga jelang akhir tahun 2023.

Baca juga : Kebakaran Hutan di Gunung Arjuno Capai 3.910 Hektar, Meluas ke Batu dan Mojokertohttps://cdn-assetd.kompas.id/R7jLnKXx-9GxPluaM2MVe5FL24A=/1024x2295/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F09%2F13%2F35099e5b-611c-4570-9be7-dd84ba495608_png.png

Meskipun ada potensi peningkatan intensitas karhutla yang tinggi, kejadian kebakaran pada tahun ini tidak berdampak terlalu luas apabila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Data hingga Juli 2023 menyebutkan, 7.519 hektar lahan dan hutan di Jawa terbakar. Luasan areal yang terbakar ini jauh lebih kecil dibandingkan periode 2018-2022, dengan luasan lahan dan hutan yang dilalap si jago merah mencapai 20.477 hektar per tahun.

Walaupun areal terbakar pada tahun ini lebih kecil, dampak yang ditimbulkannya tidak dapat disepelekan. Pasalnya, sebagian besar karhutla di Jawa terjadi di area pegunungan yang beberapa di antaranya termasuk kawasan taman nasional. Pada September 2023, luas area terdampak pada kawasan pegunungan di Pulau Jawa sudah 5.478,71 hektar atau hampir 73 persen dari total luas karhutla di seluruh Jawa.

Dari luasan tersebut, dampak yang paling parah terjadi di kawasan pegunungan Arjuno, Jawa Timur. Luas lahan dan hutan yang terbakar 4.796 hektar. Baru setelahnya ada empat kawasan pegunungan lain, yaitu Bromo, Jawa Timur (274,71 hektar); Sumbing, Jawa Tengah (240 hektar); Ciremai, Jawa Barat (165 hektar); dan Gede, Jawa Barat (3 hektar).

Tantangan pemadaman

Luasnya area terdampak karhutla di kawasan pegunungan ini disebabkan sulitnya pemadaman api karena kontur medan yang berat. Di pegunungan Arjuno, misalnya, kebakaran yang terjadi sejak 26 Agustus 2023 masih belum berhasil tuntas dipadamkan hingga pertengahan September 2023 ini. Api yang pada awalnya muncul di Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, itu akhirnya terus menjalar hingga memasuki kawasan Taman Hutan Raya Raden Soerjo, Pasuruan, Batu, dan Mojokerto.

Api menyebar begitu cepat karena faktor angin dan jenis vegetasi yang mudah terbakar. Ditambah lagi, karhutla terjadi saat musim kemarau. Angin yang berubah-ubah arah menyebabkan loncatan bara yang berpotensi menimbulkan titik api baru. Kemudian, vegetasi yang berupa pepohonan, semak, dan belukar kering mempermudah menjalarnya api. Pohon-pohon yang sudah terbakar juga terkadang masih menyimpan bara api sehingga ketika ada angin berembus, bara api itu menyala dan berkobar lagi.

Selain itu, api juga terus meluas karena pemadaman terkendala medan yang sulit. Karhutla berada di area terjal di punggung lereng Gunung Arjuno sehingga penanganan dan pemadaman menjadi lebih sulit. BNPB menjelaskan, karhutla di Sumatera atau Kalimantan relatif lebih mudah ditangani karena medan yang cenderung lebih datar dibandingkan lokasi karhutla di Jawa. Medan datar cenderung lebih mudah diakses oleh satgas darat sehingga lebih efektif dalam memadamkan karhutla.

Baca juga : Lagi-lagi Karhutla

Tanah kapling perumahan di Jalan Kalibata, Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Senin (14/8/2023), hangus terbakar. Karhutla di Kota Palangkaraya sudah menghanguskan puluhan hektar lahan.
KOMPAS/DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWOTanah kapling perumahan di Jalan Kalibata, Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Senin (14/8/2023), hangus terbakar. Karhutla di Kota Palangkaraya sudah menghanguskan puluhan hektar lahan.

Satgas darat biasanya menggunakan pompa jinjing untuk memadamkan api. Dengan medan yang datar, titik kebakaran menjadi lebih mudah diakses. Sumber air untuk memadamkan api juga lebih mudah didapatkan.

Sebaliknya, di daerah pegunungan, sumber air sangat terbatas dan terkumpul di titik tertentu. Lokasi kebakaran umumnya relatif sulit diakses sehingga membutuhkan waktu lebih lama untuk memadamkannya. Oleh karena itu, memadamkan api dari jalur udara dalam kasus kebakaran di area pegunungan tersebut cenderung lebih efektif daripada melalui jalur darat. Hanya, cara ini membutuhkan banyak biaya.

Pemadaman lewat jalur udara dilakukan dengan menjatuhkan air dalam jumlah banyak atau disebut water bombing. Teknik water bombing biasanya dilakukan dengan menggunakan pesawat fixed wings ataupun helikopter. Operasi water bombing ini membutuhkan biaya sekitar 11.500 dollar AS atau Rp 150 juta untuk sekali penerbangan. Waktu yang dibutuhkan untuk memadamkan api lewat udara juga relatif lebih lama. Sekali penerbangan bolak-balik dari sumber air ke titik lokasi kebakaran bisa membutuhkan waktu 20-30 menit.

Dalam kasus karhutla Gunung Arjuno, sumber air sangat terbatas sehingga air diambil dari kolam renang di sebuah hotel di dekat area itu. Distribusi air untuk memadamkan ternyata kalah cepat dari menjalarnya api sehingga pemerintah mengerahkan helikopter Super Puma dengan harapan pemadaman bisa selesai dalam tempo 1-2 hari. Helikopter yang digunakan untuk memadamkan lereng Arjuno saat ini berkapasitas 4.000 liter air. Jenis helikopter ini bermuatan lebih besar daripada helikopter yang biasanya digunakan untuk memadamkan api yang umumnya hanya berkapasitas 1.000 liter.

Titik rawan karhutla

Kejadian karhutla di area pegunungan seharusnya bisa diantisipasi lebih cepat. Pasalnya, beberapa titik kebakaran termasuk lokasi rawan dan cukup sering terjadi karhutla. Sejumlah area pegunungan di Jawa yang mengalami karhutla pada September ini sebenarnya sudah pernah diterjang karhutla pada tahun-tahun sebelumnya.

Gunung Ciremai yang pada September ini mengalami karhutla hingga menyebabkan 165 hektar lahannya terbakar, misalnya, pernah mengalami kebakaran dalam beberapa tahun terakhir. Pada Agustus 2019, kebakaran melanda puncak gunung sehingga menyebabkan sekitar 300 hektar lahan terbakar dalam dua hari. Setahun berikutnya, kejadian yang sama melanda 14,89 hektar lahan di kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC), tepatnya di Blok Cirendang, Desa Padabeunghar, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Kuningan. Tahun 2022, karhutla menyebabkan 138,34 hektar lahan Gunung Ciremai hangus terbakar.

Baca juga : Pemotretan ”Prewedding” Picu Kebakaran di Bromo, Satu Orang Jadi Tersangka

Petugas berupaya memadamkan kebakaran lahan di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru di Jawa Timur, Sabtu (2/9/2023).
DOK BNPBPetugas berupaya memadamkan kebakaran lahan di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru di Jawa Timur, Sabtu (2/9/2023).

Selain itu, upaya mitigasi karhutla juga perlu diintensifkan pada tingkat daerah karena sejumlah provinsi di Jawa termasuk wilayah rawan karhutla. Dilihat dari jumlah kejadian karhutla selama 2018-2023, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat menjadi tiga daerah dengan frekuensi karhutla tertinggi di Jawa. Selama periode tersebut, Jatim mengalami 373 kejadian karhutla, Jateng 228 kasus, dan Jabar 140 peristiwa karhutla.

Tingginya frekuensi karhutla di wilayah tersebut menyebabkan tiga daerah bersangkutan menjadi area terdampak karhutla paling luas di Pulau Jawa. Area terdampak di Jatim seluas 76.600 hektar, Jabar 19.400 hektar, dan Jateng 13.700 hektar.

Oleh karena itu, tingginya risiko karhutla yang berpotensi terus berulang di wilayah Jawa tersebut perlu ditindaklanjuti dengan langkah kontrol dan mitigasi yang terus diperkuat. Ini sangat penting karena 99 persen kejadian karhutla disebabkan oleh aktivitas manusia, baik yang disengaja maupun tidak. Kejadian kebakaran di Bukit Teletubbies, kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Kabupaten Probolinggo, akibat penggunaan flare atau suar pada kegiatan foto prewedding, misalnya, seharusnya bisa diantisipasi. Pasalnya, penanggung jawab kegiatan tidak memiliki surat izin masuk kawasan konservasi.

Sejumlah kejadian karhutla di kawasan pegunungan di Jawa itu hendaknya menjadi peringatan untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya kebakaran hutan. Apalagi, bulan September ini diprediksi menjadi puncak kerawanan karhutla di Indonesia. Semua pihak, mulai dari pemerintah hingga masyarakat, harus bersama-sama memiliki kesadaran dan kedisiplinan untuk menjaga lingkungan sekitarnya dari ancaman kebakaran.

Sumber : (LITBANG KOMPAS)

Website : Bpbd.ngawikab.go.id
Telp / Fax : 0351-747671
WA : 087860946894
e-mail : pusdalopsngawi@yahoo.com
Facebook : Pusdalops Ngawi
Instagram : @pusdalopsngawi